Ruang Lingkup Desain Grafis
Sebelum
istilah desain grafis dikenal luas, orang-orang yang berkecimpung di dunia
grafika/percetakan dan media mengenal istilah layouter sebagai orang yang
bertugas menataletak huruf-huruf dan gambar pada bidang kertas cetak.
Sebelumnya juga dikenal dengan typesetter. Setelah digunakannya teknologi
komputer pribadi (personal computer/PC) untuk membuat publikasi, pada tahun
80-an kita juga mengenal istilah desktop publishing (DTP). Istilah ini merujuk
pada kemampuan komputer untuk mempermudah manusia membuat publikasi, mengatur
tata letak dan cetak gambar dan teks. Desktop publishing adalah sebuah sistem
di mana terdiri atas beberapa komponen, yaitu: komputer pribadi, alat pencetak
(printer), mesin pemindai (scanner) dan beberapa perangkat lunak dan periferal
lainnya yang mendukung. Dan dalam penggunaannya tidak membutuhkan ruang dan
personel yang banyak (dilakukan sendiri). Kini hal ini lazim disebut sebagai
sistem komputer grafis.
Beberapa orang menafsirkan sistem
komputer grafis sama dengan istilah desain grafis (graphic design). Ini
tercermin dalam beberapa kursus dan
berbagai workshop mencantumkan label
“desain grafis” pada praktik penggunaan AdobePhotoshop dan CorelDRAW. Tidak ada
sama sekali penonjolan “ilmu desain”. Hal ini sebenarnya salah.
Di atas dijelaskan
desktop publishing adalah sebuah sistem perangkat (tools) untuk menghasilkan
sebuah karya visual. Sedangkan desain grafis adalah “ilmu” menghasilkan karya
visual yang baik dan bernilai seni. Kini berkembang pula apa disebut sebagai
seni digital (digital art) dan digital imaging (pencitraan digital). Keduanya
sama-sama dibentuk dengan teknologi komputer grafis.
Beberapa
orang menganggap istilah desain grafis merujuk pada bidang media cetak saja,
seperti surat kabar, buku, poster dan publikasi tercetak lainnya. Namun, kini
dengan munculnya teknologi internet, teknologi penyuntingan video (video
editing) dan efek visual, desain grafis dikembangkan istilahnya menjadi desain
komunikasi visual.
Jadi, seseorang yang membuat sebuah
situs web dengan tampilan yang menarik adalah pekerjaan sebuah pekerjaan desain
grafis/desain visual. Tetapi orang-orang yang berkecimpung di dalamnya, lebih
suka menggunakan istilah desain web. Demikian juga halnya dengan pekerjaan
penyuntingan video, lebih suka disebut sebagai video editor.
Kini ada juga media-media cetak yang
menggunakan istilah baru sebagai desain visual, tata letak, artistik, penata
artistik, artistik dan layout, rancang grafis (lihat tabloid KONTAN), grafis,
desain dan artistik, artistik-produksi, art & design Ada juga yang
membedakan pekerjaan tata letak dan desain grafis. Majalah Tempomisalnya. Dan
ada juga yang melawan mainstream, seperti misalnya majalah MIX, dan Rumah,
hanya menggunakan istilah “produksi”, Tabloid Spice! menggunakan istilah art.
Sedangkan untuk media buku ada yang menggunakan layout sampul dan seting isi,
penataletak, setting/layout.
Bagi surat
kabar yang memiliki manajemen yang sangat kompleks semisal majalah TIME, khusus
untuk menangani tampilan visual membutuhkan orang-orang yang lebih banyak
dengan bidang kerja yang lebih detil. Majalah TIME dalam masthead mencantumkan
jabatan-jabatan sebagai berikut: Art [pertama] dibagi dua menjadi International
Art Director dan Designer. Kemudian bagian Makeup, Art Director, Picture
Director. Lalu Art [kedua] dibagi menjadi Deputy Art Director, Managing Art
Director, Covers, Associates Art Directors, Assistant Art Directors, Designers,
Maps dan Charts: Associate Graphics Director, Chief of Cartography.
Perhatikan juga majalah National
Geographicterdapat posisi Art Director, lalu dua orang Designer dalam kelompok
Editorial Support. Lalu ada pula jabatan Senior Design Editor, dan Design
Editor.
Mengenai
banyak istilah ini, beberapa desainer grafis cukup gamang menggunakannya. Mana
yang lebih tepat pengunaannya? Misalnya antara Desain Grafis atau Desain
Komunikasi Visual (DKV). Jikalau merujuk pada kongres Icograda (komunitas
desainer grafis dunia) pada 2000 di Seoul, ada beberapa catatan yang penting
mengenai kebingungan ini. Demikian Icograda: The term ‘graphic design’ has been
technologically undermind. A better term is visual communication design.
Visualcomunication design has become more and more a profession that
integrityidioms and approaches of several disciplines in a multi-layered and
in-depth visual competence. Boundaries between disciplines are becoming more
fluid. Nevertheless designer neen to recognize professional limitations.
Namun,
saya pribadi lebih menyukai menggunakan istilah desain grafis atau desainer
grafis dalam tataran jabatan atau profesi.
Menurut
Suyanto desain grafis didefinisikan sebagai aplikasi dari keterampilan
seni dan komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industri. Aplikasi-aplikasi ini
dapat meliputi periklanan dan penjualan produk, menciptakan identitas visual
untuk institusi, produk dan perusahaan, dan lingkungan grafis; desain
informasi; dan secara visual menyempurnakan pesan dalam publikasi.
Sedangkan
Jessica Helfand dalam situs aiga.com mendefinisikan desain grafis sebagai
kombinasi kompleks kata-kata dan gambar, angka-angka dan grafik, foto-foto dan
ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa
menggabungkan elemen-eleman ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu
yang khusus, sangat berguna, mengejutkan atau subversif atau sesuatu yang mudah
diingat.
Menurut
Danton Sihombing desain grafis mempekerjakan berbagai elemen seperti
marka, simbol, uraian verbal yang divisualisasikan lewat tipografi dan gambar
baik dengan teknik fotografi ataupun ilustrasi. Elemen-elemen tersebut
diterapkan dalam dua fungsi, sebagai perangkat visual dan perangkat komunikasi.
Menurut
Michael Kroeger visual communication (komunikasi visual) adalah latihan
teori dan konsep-konsep melalui terma-terma visual dengan menggunakan warna,
bentuk, garis dan penjajaran (juxtaposition).
Warren
dalam Suyanto memaknai desain grafis sebagai suatu terjemahan dari ide dan
tempat ke dalam beberapa jenis urutan yang struktural dan visual.
Sedangkan
Blanchard mendefinisikan desain grafis sebagai suatu seni komunikatif yang
berhubungan dengan industri, seni dan proses dalam menghasilkan gambaran visual
pada segala permukaan.
Demikian
halnya senada dengan definisi yang dipaparkan Henricus
Kusbiantoro bahwa desain adalah kompromi antara seni dan bisnis. Yaitu
melayani kebutuhan orang banyak pada pemecahan problem visual, namun sekaligus
tidak kehilangan karakter dan keunikan dari segi eksekusi visual baik konsep
maupun visual teknis.
Sumber : Buku Panduan Desain Grafis
( Vinsensius Sitepu)
0 komentar:
Posting Komentar