Oleh : Reza Ulfa Rosiana
SMA/MA. : SMA N 1 Bobotsari
Mata
Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X/1
Materi
Pokok : Memahami Prinsip
Dasar Ilmu Sejarah
Alokasi
Waktu : 2x45 menit
A.
Kompetensi
Inti (KI)
1.
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
2.
Menghargai dan menhayati perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalamjangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait dengan fenomena dan kejadian
nyata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang
atau teori.
B.
Kompetensi
Dasar dan Indikator
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
1.1
Menghargai dan mensyukuri
keberadaan
sejarah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sarana memahami
informasi lisan dan tulis
|
1.1.1
Terbiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran Prinsip Dasar Ilmu Sejarah.
1.1.2
Menghargai dan mensyukuri keberadaan
Tradisi
sejarah masyarakat Indonesia sebagai sarana belajar sejarah.
|
2.1 Menunjukkan sikap menghargai,
berperilaku
jujur, disiplin, dan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi atau
tanggapan berbagai hal / keperluan sesuai prinsip dasar ilmu sejarah
|
2.1.1 Terbiasa membantu teman sejawat
dalam
memecahkan
masalah.
2.1.2 Terbiasa memberi pendapat dalam
bahasan
pemecahan
masalah.
2.1.3 Terbiasa menggunakan kata-kata
yang tidak
menyinggung perasaan orang lain.
2.1.4 Mengikuti kegiatan diskusi
dengan disiplin.
2.1.5 Terbiasa bersikap jujur dalam
berkarya.
|
3.1
Mendeskripsikan tradisi sejarah
dalam
masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara
|
3.1.1
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam
folklore,
mitologi, legenda, upacara, dan nyanyian rakyat dari berbagai daerah di Indonesia.
|
C.
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat :
1. Berdoa
kepada Tuhan maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran materi sejarah.
2. Mengidentifikasi
jejak sejarah di dalam folklore.
3. Mengidentifikasi
jejak sejarah di dalam mitologi.
4. Mengidentifikasi
jejak sejarah di dalam legenda.
5. Mengidentifikasi
jejak sejarah di dalam nyanyian rakyat.
6. Mengidentifikasi
jejak sejarah di dalam upacara.
7. Menanggapi
pendapat teman tentang tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa
Praaksara dan Aksara dengan jujur, dan tanggung jawab.
8. Berdiskusi
tentang tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan
Aksara dengan tanggung jawab dan jujur.
9. Memahami
tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan Aksara dengan
disiplin, tanggung jawab.
D.
Materi
Pembelajaran
Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu
digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat
dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah
dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman. Terdapat sejarah di
dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia
yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
a.
Folklor
Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat
yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang
diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Ciri-ciri folklor:
1. Folkor
diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Folklor
bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk
relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup
lama (paling sedikit 2 generasi).
3. Folklor
menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah
tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa
memilikinya (tidak diketahui penciptanya).
4. Folklor
mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik,
pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
5. Folklor
terdiri atas banyak versi.
6. Mengandung
pesan moral.
7. Mempunyai
bentuk atau berpola.
8. Bersifat
pralogis.
9. Lugu,
polos.
Jenis-jenis
Folklore :
1. Folklore
Lisan
2. Folklore
sebagian Lisan
3. Folklore
Bukan Lisan
b.
Mitologi
Mitologi adalah
ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci,
kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Peristiwanya terjadi
di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang,
dan terjadi pada masa lampau yang lama. Cerita yang dimilki setiap suku bangsa
di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat di suatu
daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah tentang
terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas
binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para dewa, kisah
percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia dewata, makanan
pokok.
c.
Legenda
Legenda adalah
prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh
pernah terjadi. Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang
belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda
ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan
seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
d.
Dongeng
(folktale)
Dongeng
merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita. Dongeng
adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan. Diceritakan untuk hiburan,
meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral),
atau bahkan sindiran.
e.
Lagu-lagu
Daerah (Nyanyian Rakyat)
Lagu adalah
syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah adalah
lagu yang menggunakan bahasa daerah. Ciri-cirinya:
1) Terdiri
atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
2) Sifatnya
mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop).
3) Beredar
secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk
tradisional.
4) Bentuknya
sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup
rumit.
5) Contoh:
Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh
di Mato.
f.
Upacara
Upacara
merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan
tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan). Contoh: Upacara penguburan,
mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara
perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.
E.
Metode
Pembelajaran
1. Pendekatan
: Scientific.
2. Metode
:
Diskusi, Presentasi di dalam kelas, Tanya Jawab, Penugasan.
F.
Media,
Alat, dan Sumber Pembelajaran
1.
Media/Alat : Laptop dan LCD.
2. Sumber
Belajar : Kurikulum 2013 dan
perangkatnya, Buku sumber Sejarah SMA
(hal 1 -26), Peta konsep, Buku-buku
penunjang yang relevan, dan Internet.
G.
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
NAMA
KEGIATAN
|
RINCIAN
KEGIATAN
|
WAKTU
|
|
PERILAKU
GURU
|
PERILAKU
SISWA
|
||
Pendahuluan
|
1. Guru
membuka proses pembelajaran di kelas dengan mengucapkan salam.
2. Guru
memimpin doa.
3. Guru
memeriksa kehadiran dan kesiapan peserta didik.
4. Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok dengan anggota 6 orang.
5. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
6. Guru
memberikan pengantar materi prinsip dasar ilmu sejarah secara umum.
7. Guru
menyampaikan sub-sub pokok bahasan materi yang terdiri dari Folklore,
Mitologi, Legenda, Dongeng, Nyanyian rakyat, dan Upacara.
8. Guru
membagi masing-masing sub pokok materi tersebut kedalam kelompok kecil tadi
(1 sub pokok bahasan untuk 1 kelompok).
|
1. Peserta
didik berdoa sebelum belajar.
2. Peserta
didik memahami teknik pembelajaran yang diharapkan oleh guru dan langsung
membentuk kelompok kecil di dalam kelas yang berjumlah 6 orang.
|
15
menit
|
Kegiatan
Inti
|
1. Guru
memimpin jalannya diskusi didalam kelas.
2. Guru
mengamati dan mengawasi peserta didik yang sedang berdiskusi.
3. Guru
mengarahkan dan memberi bantuan kepada peserta didik yang kesulitan dalam
diskusi kelompok.
4. Guru
menengahi proses tanya jawab dalam diskusi kelas apabila ada pertanyaan/tanggapan/
sanggahan yang rancu.
|
1. Peserta
didik mulai berdiskusi sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
2. Peserta
didik mencari materi yang dibutuhkan menggunakan media pembelajaran yang
tersedia.
3. Peserta
didik saling bertukar informasi kepada teman satu kelompok dan mendiskusikan
materi yang telah diperoleh tadi.
4. Peserta
didik menanyakan hal yang belum dipahami (apabila ada) kepada guru.
5. Peserta
didik mempresentasikan hasil diskusi tentang Folklore, Mitologi, Legenda,
Dongeng, Nyanyian Rakyat, dan Upacara di depan kelas secara bergantian.
6. Peserta
didik saling tanya jawab antar satu kelompok dengan kelompok yang lain.
7. Peserta
didik saling menanggapi jawaban yang diberikan kelompok lain.
8. Peserta
didik memberikan kesimpulan diakhir presentasi kelompok.
|
60
menit
|
Penutup
|
1. Guru
mengakhiri jalannya diskusi didalam kelas.
2. Guru
memberikan kesimpulan pembelajaran mengenai materi tradisi sejarah dalam
masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara.
3. Guru
menanyakan apakah ada yang masih kurang dipahami dalam diskusi kelompok tadi.
4. Guru
menjawab pertanyaan peserta didik (apabila ada peserta didik yang bertanya).
5. Guru
bersama peserta didik melakukan refleksi tentang proses dan hasil
pembelajaran yang telah dicapai.
6. Guru
mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
|
1. Peserta
didik memahami keseluruhan materi tentang
tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan
masa Aksara yang telah dipelajari.
2. Jika
ada materi yang belum dipahami oleh peserta didik, peserta didik dipersilakan
menanyakannya kepada guru.
3. Guru
bersama peserta didik melakukan refleksi tentang proses dan hasil
pembelajaran yang telah dicapai.
4. Peserta
didik menyampaikan rasa puas atau tidaknya mengikuti kegiatan pembelajaran.
|
10
menit
|
H.
Penilaian
1.
Sikap
Spiritual
a.
Teknik penilaian : observasi
b.
Bentuk instrumen : lembar observasi
c.
Kisi-kisi :
No
|
Sikap/Nilai
|
Butir
Instrumen
|
1.
2.
3.
|
Terbiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran.
Menghargai dan mensyukuri keberadaan tradisi
sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara
sebagai sarana belajar Sejarah.
Menghargai dan mensyukuri keberadaan materi
sejarah sebagai hasil dari penulisan sejarah.
|
o Terbiasa
berdoa
o Terbiasa
Bersyukur
|
Instrumen
Penilaian Sikap Spiritual
Nama :
.......................
Kelas :
.......................
Sikap/Nilai
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1.
Berdoa sebelum dan sesudah
mempelajari materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa
Praaksara dan masa Aksara.
2.
Mengucapkan rasa syukur setelah
mengerjakan tugas diskusi materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia
pada masa Praaksara dan masa Aksara
|
Keterangan :
1 = tidak pernah
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = selalu
2.
Penilaian
Sikap Sosial
a.
Teknik penilaian : Pengamatan
b.
Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c.
Kisi-kisi :
A. Penilaian sikap sosial untuk
diskusi
No
|
Nilai
|
Deskripsi
|
No. Butir
|
1
|
Menghargai
orang lain
|
Menghargai
pendapat orang lain
|
1
|
2
|
Jujur
|
Mengekspresikan
gagasan dan pekerjaannya dengan jujur
|
2
|
3
|
Disiplin
|
Mengikuti
kegiatan dengan disiplin
|
3
|
4
|
kesantunan
|
Menyampaikan
pendapat dengan kalimat yang santun
|
4
|
B. Penilaian sikap sosial dalam
kegiatan menanggapi hasil karya teman an berkarya
No
|
Nilai
|
Deskriptor
|
No. Butir
|
1
|
Jujur
|
Menunjukkan
sikap jujur dalam menanggapi karya teman
|
1
|
Menunjukkan
sikap jujur dalam berkarya
|
2
|
||
2
|
Santun
|
Bersikap
santun dalam menanggapi karya teman
|
3
|
Bersikap
santun dalam berkarya
|
4
|
Lembar Pengamatan Sikap Sosial
Untuk Kegiatan Menanggapi Karya dan Berkarya
Nama
:......................
Kelas
:......................
Petunjuk :
Berilah tanda (X) sesuai dengan
koondisi peserta didik. (diisi oleh guru)
No
|
Pernyataan
|
Pilihan
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Menghargai
orang lain dalam menanggapi karya teman
|
||
2
|
Menghargai
orang lain dalam berkarya
|
||
3
|
Bersikap
disiplin dalam menanggapi karya teman
|
||
4
|
Bersikap
disiplin dalam mengungkapkan isi wacana tentang peristiwa
|
Pedoman penskoran :
Pilihan
“Ya” diberi skor 1, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0. Karena soal
berjumlah 4 butir, maka skor berkisar antara 0 sampai 4.
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
No
|
Nama
|
Toleransi
|
Jujur
|
Disipliin
|
Santun
|
Ket
|
v
|
v
|
v
|
v
|
4
|
||
3.
Pengetahuan
a.
Teknik penilaian : Tes Objektif
b.
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
c.
Kisi-kisi :
No
|
Indikator
|
No. Butir
|
1.
|
Mendeskripsikan
pengertian Folklore, Mitologi, Legenda, Nyanyian Rakyat, dan Upacara.
|
1-5
|
Lampiran
Materi Pembelajaran
Folklor, Mitologi,
Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan
lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah
(historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman. Terdapat
sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan
manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
a.
Folklor
Folklor adalah tradisi
lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional
dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Ciri-ciri folklor:
10.
Folkor diciptakan, disebarkan, dan
diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
11.
Folklor bersifat tradisional, tersebar
di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara
kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit 2 generasi).
12.
Folklor menjadi milik bersama dari
kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga
setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui
penciptanya).
13.
Folklor mempunyai kegunaan dalam
kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes
sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
14.
Folklor terdiri atas banyak versi.
15.
Mengandung pesan moral.
16.
Mempunyai bentuk atau berpola.
17.
Bersifat pralogis.
18.
Lugu, polos.
Menurut Jan Harold
Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1. Folklor
Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya
murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan. Folkor
jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa
rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat
dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan
dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan
tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang.
Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti,
peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan
tradisional (teka-teki). Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan
tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya
harus diterka.
(d) Puisi
rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu.
Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu
permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita
prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun
(dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian
rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan
melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu
mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran
hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari
berbagai daerah.
2. Folklor
Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya
merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga
sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan
rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika
karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan
dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan
rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan
orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali, dsb.
(c) Teater
rakyat
(d) Tari
Rakyat
(e) Pesta
Rakyat
(f) Upacara
Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama
ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan
sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap
memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
2. Folklor
Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya
bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya
meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur
rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci). Arsitektur merupakan sebuah seni atau
ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan
tangan rakyat. Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan
untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian
/ perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah.
(d) Obat-obatan
tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin).
(e) Masakan
dan minuman tradisional
b.
Mitologi
Mite (myth)
berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat
sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung
hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
Mitologi adalah
ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci,
kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Peristiwanya
terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal
sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama. Cerita yang dimilki setiap
suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat
di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah
tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut,
bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para
dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia
dewata, makanan pokok.
Cerita-cerita
yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat
unsur-unsur sejarahnya. Contoh mite: Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali, Nyai
Pohaci dari Jawa Barat, Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta, Mado-Mado
(lowalangi) dari Nias, Wahadi dari Timor. Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2
macam berdasarkan tempat asalnya, yakni:
1) Asli
Indonesia
2) Berasal
dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.
Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi. Sebagai contoh: Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.
Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi. Sebagai contoh: Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.
c.
Legenda
Legenda adalah
prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh
pernah terjadi. Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang
belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda
ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan
seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
Legenda sering
dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai
sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi
sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Untuk menjadikan
legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang
menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam
logika) dan rumus-rumus tradisi.
Legenda
diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai
yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan
karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang
buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi
generasi selanjutnya Contoh Legenda: Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu
(Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi
(Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari Aceh. Jan Harold Brunvard
menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1) Legenda
keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda ini adalah
legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi). Hagiografi meskipun sudah
tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya masih tetap hidup
diantara rakyat sebagai tradisi lisan. Contoh: Legenda Wali Songo.
(2) Legenda
Alam Gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang
dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang, berfungsi untuk
meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan rakyat. Contoh: kepercayaan
terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.
(3) Legenda
Setempat
Legenda yang berhubungan dengan
suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu
daerah. Contoh: terbentuknya Danau Toba.
(4) Legenda
Perseorangan
Cerita mengenai tokoh-tokoh
tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi. Conto:
Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan
dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”.
d.
Dongeng
(folktale)
Dongeng
merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita. Dongeng
adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan. Diceritakan untuk hiburan,
meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral),
atau bahkan sindiran. Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil,
maupun manusia seperti Bawang Merah dan Bawang Putih. Terkadang ada pergeseran
sebuah legenda menjadi dongeng. Contoh : “Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu”
ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini cerita Sangkuriang oleh
sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.
e.
Lagu-lagu
Daerah
Lagu adalah
syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah adalah
lagu yang menggunakan bahasa daerah. Ciri-cirinya:
6) Terdiri
atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
7) Sifatnya
mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)
8) Beredar
secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk
tradisional.
9) Bentuknya
sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup
rumit.
10) Contoh:
Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh
di Mato.
Fungsi
nyanyian rakyat:
1) Kreatif,
yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur diri dan
untuk mengiringi permainan anak-anak.
2) Sebagai
pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.
3) Sebagai
protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara
bahkan dunia.
4) Untuk
memelihara sejarah setempat dan klan. “hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah
klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Menurut
Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a. Nyanyian
rakyat yang berfungsi
b. Nyanyian
rakyat yang bersifat liris.
Nyanyian bersifat liris biasanya
sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya (anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi
dua yaitu: Nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis,
dan Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh
Mama Saya Mau Kawin dari Betawi.
c. Nyanyian
rakyat yang bersifat kisah
Contohnya: Balada (sentimental)
Pantun Sunda romantik(tentang cinta) epos (kepahlawanan) Ramayana.
f.
Upacara
Upacara
merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan
tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan). Contoh: Upacara penguburan,
mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara
perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.
Fungsi Upacara:
1.
Upacara adat biasanya dilakukan sebagai
ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan
perlindungan dan kesejahteraan pada mereka. Upacara tersebut juga dimaksudkan
untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali
diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan
legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.
2.
Sebagai alat legitimasi tentang
keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat. Contoh: Upacara
“Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo. Upacara “Larung
Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut. Upacara “ Seren Taun” di daerah
Kuningan Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan.
Macam-macam
upacara:
1.
Upacara Membuat Rumah
Rumah dipandang memilki nilai magis
tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan melindungi kehidupan manusia.
Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah mereka menggunakan berbagai
macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung keselamatan keluarga atau orang
yang mendirikan rumah, seperti di daerah Toraja, Bali, dan Madura.
2.
Upacara kematian/ Penguburan
Muncul ketika adanya kepercayaan
bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari
lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja.
3.
Upacara Perkawinan
Pada suku Minangkabau, menganut
garis keturunan matrilineal, sehingga upacara perkawinan dilangsungkan di rumah
keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan Bali yang menganut garis
keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga
laki-laki.
0 komentar:
Posting Komentar