Minggu, 24 Januari 2016

Contoh RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Oleh : Reza Ulfa Rosiana

SMA/MA.                   : SMA N 1 Bobotsari
Mata Pelajaran             : Sejarah
Kelas/Semester            : X/1
Materi Pokok              : Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Alokasi Waktu             : 2x45 menit

A.    Kompetensi Inti (KI)
1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghargai dan menhayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalamjangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait dengan fenomena dan kejadian nyata.
4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang atau teori.
B.     Kompetensi Dasar dan Indikator
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
1.1 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan sejarah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis
1.1.1 Terbiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran Prinsip Dasar Ilmu Sejarah.
1.1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan
Tradisi sejarah masyarakat Indonesia sebagai sarana belajar sejarah.
2.1 Menunjukkan sikap menghargai,
berperilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi atau tanggapan berbagai hal / keperluan sesuai prinsip dasar ilmu sejarah
2.1.1 Terbiasa membantu teman sejawat dalam
memecahkan masalah.
2.1.2 Terbiasa memberi pendapat dalam bahasan
pemecahan masalah.
2.1.3 Terbiasa menggunakan kata-kata yang tidak
  menyinggung perasaan orang lain.
2.1.4 Mengikuti kegiatan diskusi dengan disiplin.
2.1.5 Terbiasa bersikap jujur dalam berkarya.
3.1 Mendeskripsikan tradisi sejarah
dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara
                                                               
3.1.1 Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam
folklore, mitologi, legenda, upacara, dan nyanyian rakyat dari berbagai daerah  di Indonesia.

C.    Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat :
1.      Berdoa kepada Tuhan maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran materi sejarah.
2.      Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam folklore.
3.      Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam mitologi.
4.      Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam legenda.
5.      Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam nyanyian rakyat.
6.      Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam upacara.
7.      Menanggapi pendapat teman tentang tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan Aksara dengan jujur, dan tanggung jawab.
8.      Berdiskusi tentang tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan Aksara dengan tanggung jawab dan jujur.
9.      Memahami tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan Aksara dengan disiplin, tanggung jawab.
D.    Materi Pembelajaran
Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman. Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
a.         Folklor
Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Ciri-ciri folklor:
1.      Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.      Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit 2 generasi).
3.      Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya).
4.      Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
5.      Folklor terdiri atas banyak versi.
6.      Mengandung pesan moral.
7.      Mempunyai bentuk atau berpola.
8.      Bersifat pralogis.
9.      Lugu, polos.
Jenis-jenis Folklore :
1.      Folklore Lisan
2.      Folklore sebagian Lisan
3.      Folklore Bukan Lisan
b.        Mitologi
Mitologi adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama. Cerita yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia dewata, makanan pokok.
c.         Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
d.        Dongeng (folktale)
Dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita. Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan. Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.
e.         Lagu-lagu Daerah  (Nyanyian Rakyat)
Lagu adalah syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah. Ciri-cirinya:
1)      Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
2)      Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop).
3)      Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk tradisional.
4)      Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit.
5)      Contoh: Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh di Mato.
f.          Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan). Contoh: Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.
E.     Metode Pembelajaran
1.      Pendekatan          : Scientific.
2.      Metode                : Diskusi, Presentasi di dalam kelas, Tanya Jawab, Penugasan.
F.     Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1.      Media/Alat          : Laptop dan LCD.
2.      Sumber Belajar    : Kurikulum 2013 dan perangkatnya, Buku sumber Sejarah SMA
(hal 1 -26), Peta konsep, Buku-buku penunjang yang relevan, dan Internet.


G.    Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
NAMA KEGIATAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU
PERILAKU GURU
PERILAKU SISWA
Pendahuluan

1. Guru membuka proses pembelajaran di kelas dengan mengucapkan salam.
2. Guru memimpin doa.
3. Guru memeriksa kehadiran dan kesiapan peserta didik.
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok dengan anggota 6 orang.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
6. Guru memberikan pengantar materi prinsip dasar ilmu sejarah secara umum.
7. Guru menyampaikan sub-sub pokok bahasan materi yang terdiri dari Folklore, Mitologi, Legenda, Dongeng, Nyanyian rakyat, dan Upacara.
8. Guru membagi masing-masing sub pokok materi tersebut kedalam kelompok kecil tadi (1 sub pokok bahasan untuk 1 kelompok).

1.  Peserta didik berdoa sebelum belajar.
2.  Peserta didik memahami teknik pembelajaran yang diharapkan oleh guru dan langsung membentuk kelompok kecil di dalam kelas yang berjumlah 6 orang.

15 menit
Kegiatan Inti

1.  Guru memimpin jalannya diskusi didalam kelas.
2.  Guru mengamati dan mengawasi peserta didik yang sedang berdiskusi.
3.  Guru mengarahkan dan memberi bantuan kepada peserta didik yang kesulitan dalam diskusi kelompok.
4.  Guru menengahi proses tanya jawab dalam diskusi kelas apabila ada pertanyaan/tanggapan/ sanggahan yang rancu.
1. Peserta didik mulai berdiskusi sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
2. Peserta didik mencari materi yang dibutuhkan menggunakan media pembelajaran yang tersedia.
3. Peserta didik saling bertukar informasi kepada teman satu kelompok dan mendiskusikan materi yang telah diperoleh tadi.
4. Peserta didik menanyakan hal yang belum dipahami (apabila ada) kepada guru.
5. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi tentang Folklore, Mitologi, Legenda, Dongeng, Nyanyian Rakyat, dan Upacara di depan kelas secara bergantian.
6. Peserta didik saling tanya jawab antar satu kelompok dengan kelompok yang lain.
7. Peserta didik saling menanggapi jawaban yang diberikan kelompok lain.
8. Peserta didik memberikan kesimpulan diakhir presentasi kelompok.
60 menit
Penutup
1.  Guru mengakhiri jalannya diskusi didalam kelas.
2.  Guru memberikan kesimpulan pembelajaran mengenai materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara.
3.  Guru menanyakan apakah ada yang masih kurang dipahami dalam diskusi kelompok tadi.
4.  Guru menjawab pertanyaan peserta didik (apabila ada peserta didik yang bertanya).
5.  Guru bersama peserta didik melakukan refleksi tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.
6.  Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
1.  Peserta didik memahami keseluruhan materi tentang  tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara yang telah dipelajari.
2.  Jika ada materi yang belum dipahami oleh peserta didik, peserta didik dipersilakan menanyakannya kepada guru.
3.  Guru bersama peserta didik melakukan refleksi tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.  Peserta didik menyampaikan rasa puas atau tidaknya mengikuti kegiatan pembelajaran.
10 menit

H.    Penilaian
1.      Sikap Spiritual
a.       Teknik penilaian       : observasi
b.      Bentuk instrumen     : lembar observasi
c.       Kisi-kisi                    :
No
Sikap/Nilai
Butir Instrumen
1.

2.



3.
Terbiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran.
Menghargai dan mensyukuri keberadaan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara sebagai sarana belajar Sejarah.
Menghargai dan mensyukuri keberadaan materi sejarah sebagai hasil dari penulisan sejarah.
o   Terbiasa berdoa
o   Terbiasa Bersyukur
Instrumen Penilaian Sikap Spiritual
Nama    : .......................
Kelas    : .......................
Sikap/Nilai
Skor
1
2
3
4
1.  Berdoa sebelum dan sesudah mempelajari materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara.
2.  Mengucapkan rasa syukur setelah mengerjakan tugas diskusi materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dan masa Aksara




Keterangan :
1 = tidak pernah
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = selalu
2.      Penilaian Sikap Sosial
a.       Teknik penilaian : Pengamatan
b.      Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c.       Kisi-kisi :
A.    Penilaian sikap sosial untuk diskusi
No
Nilai
Deskripsi
No. Butir
1
Menghargai orang lain
Menghargai pendapat orang lain
1
2
Jujur
Mengekspresikan gagasan dan pekerjaannya dengan jujur
2
3
Disiplin
Mengikuti kegiatan dengan disiplin
3
4
kesantunan
Menyampaikan pendapat dengan kalimat yang santun
4
B.     Penilaian sikap sosial dalam kegiatan menanggapi hasil karya teman an berkarya
No
Nilai
Deskriptor
No. Butir
1
Jujur
Menunjukkan sikap jujur dalam menanggapi karya teman
1
Menunjukkan sikap jujur dalam berkarya
2
2
Santun
Bersikap santun dalam menanggapi karya teman
3
Bersikap santun dalam berkarya
4

Lembar Pengamatan Sikap Sosial Untuk Kegiatan Menanggapi Karya dan Berkarya
Nama   :......................
Kelas    :......................
Petunjuk :
Berilah tanda (X) sesuai dengan koondisi peserta didik. (diisi oleh guru)
No
Pernyataan
Pilihan
Ya
Tidak
1
Menghargai orang lain dalam menanggapi karya teman


2
Menghargai orang lain dalam berkarya


3
Bersikap disiplin dalam menanggapi karya teman


4
Bersikap disiplin dalam mengungkapkan isi wacana tentang peristiwa


 Pedoman penskoran :
Pilihan “Ya” diberi skor 1, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0. Karena soal berjumlah 4 butir, maka skor berkisar antara 0 sampai 4.

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
No
Nama
Toleransi
Jujur
Disipliin
Santun
Ket


v
v
v
v
4















3.      Pengetahuan
a.       Teknik penilaian       : Tes Objektif
b.      Bentuk Instrumen    : Tes Uraian
c.       Kisi-kisi                    :
No
Indikator
No. Butir
1.
Mendeskripsikan pengertian Folklore, Mitologi, Legenda, Nyanyian Rakyat, dan Upacara.
1-5







Lampiran
Materi Pembelajaran
Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman. Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
a.        Folklor
Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Ciri-ciri folklor:
10.  Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
11.  Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit 2 generasi).
12.  Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya).
13.  Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
14.  Folklor terdiri atas banyak versi.
15.  Mengandung pesan moral.
16.  Mempunyai bentuk atau berpola.
17.  Bersifat pralogis.
18.  Lugu, polos.
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1.      Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan. Folkor jenis ini terlihat pada:
(a)      Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b)     Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c)      Pertanyaan tradisional (teka-teki). Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d)     Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e)      Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f)      Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2.      Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a)      Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b)     Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali, dsb.
(c)      Teater rakyat
(d)     Tari Rakyat
(e)      Pesta Rakyat
(f)      Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
2.      Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a)     Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci). Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b)    Kerajinan tangan rakyat. Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c)     Pakaian / perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah.
(d)    Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin).
(e)     Masakan dan minuman tradisional
b.      Mitologi
Mite (myth) berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
Mitologi adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama. Cerita yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia dewata, makanan pokok.
Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya. Contoh mite: Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali, Nyai Pohaci dari Jawa Barat, Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta, Mado-Mado (lowalangi) dari Nias, Wahadi dari Timor. Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan tempat asalnya, yakni:
1)      Asli Indonesia
2)      Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.
Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi. Sebagai contoh: Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.
c.       Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.
Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya Contoh Legenda: Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari Aceh. Jan Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1)   Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi). Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan. Contoh: Legenda Wali Songo.
(2)   Legenda Alam Gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan rakyat. Contoh: kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.
(3)   Legenda Setempat
Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah. Contoh: terbentuknya Danau Toba.
(4)   Legenda Perseorangan
Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi. Conto: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”.
d.      Dongeng (folktale)
Dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita. Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan. Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang Merah dan Bawang Putih. Terkadang ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng. Contoh : “Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.
e.       Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah. Ciri-cirinya:
6)      Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
7)      Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)
8)      Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk tradisional.
9)      Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit.
10)  Contoh: Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh di Mato.
Fungsi nyanyian rakyat:
1)     Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak.
2)     Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.
3)     Sebagai protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara bahkan dunia.
4)     Untuk memelihara sejarah setempat dan klan. “hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Menurut Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a.       Nyanyian rakyat yang berfungsi
b.      Nyanyian rakyat yang bersifat liris.
Nyanyian bersifat liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya (anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi dua yaitu: Nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis, dan Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh Mama Saya Mau Kawin dari Betawi.
c.       Nyanyian rakyat yang bersifat kisah
Contohnya: Balada (sentimental) Pantun Sunda romantik(tentang cinta) epos (kepahlawanan) Ramayana.
f.       Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan). Contoh: Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.
Fungsi Upacara:
1.        Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada mereka. Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.
2.        Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat. Contoh: Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo. Upacara “Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut. Upacara “ Seren Taun” di daerah Kuningan Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan.
Macam-macam upacara:
1.        Upacara Membuat Rumah
Rumah dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di daerah Toraja, Bali, dan Madura.
2.        Upacara kematian/ Penguburan
Muncul ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja.
3.         Upacara Perkawinan
Pada suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.







Share:

0 komentar:

Posting Komentar